08 Januari 2009

Selamat Pagi..!

Teman, memulai hari dengan bediri di depan teras. Dan hamparan langit yang keputihan membentang. Ayam jantan berkokok. Seorang laki-laki menyapu halaman rumahnya. Sapu lidinya yang mulai usang terdengar menyakitkan di daun telinga. Tumben, belum tampak matahari. Cahayanya yang kuning tidak terlukis di dinding kamar. Setiap membuka mata, di dinding kamar, berkas yang menguning bergerak-gerak.

Sebuah pagi, bagaimana kamu menikmatinya. Apa dengan hanya secangkir kopi? Duduk di beranda, menunggu pengantar kabar pgi datang, melihat tukang kue yang teriak-teriak, panggilan tukang roti yang membosankan karena telah deprogram. Sulit dilewatkan sebuah pagi itu.

Mari melihat rumput, daun, tanah, tampak semua basah. Mereka dipeluk embun yang datang bersama angin malam. Tadi subuh, suara gemerincing air hujan di genteng. Tidak banyak hujannya. Paginya tidak ada genangan air. Semua terserap oleh tanah. Di tanahlah berbagai partikel kumpul kemudian pisah lagi. Mereka punya kehidupan masing-masing sesuai dengan keahliannya. Semua zat menyatu. Tahu kan jika dalam perut bumi ada nilai kekayaan yang tidak kehitung dengan kalkulator. Iyalah, di sana letak kemahakuasaan pemilikalam ini.

Di desa masih terlihat sekumpulan burung yang terbang dari dahan ke dahan. Suaranya bersahutan. Bernyanyi dengan simfoni alam. Membuka daun jendela, membiarkan angin masuk bersama sedu-sedu okestra bunyi-bunyian. Tidak ada yang mengerti semua itu, semua hanya bisa dirasakan.

Tidak ada komentar: