08 Januari 2009

Biru Langit

Matanya tidak berkedip saat warna kemerahan mulai menyelubungi sekelilingnya. Seperti berbias dari tempatnya yang ingin menutup hari di tempatnya berdiri. Mungkin ia akan muncul di tempat lain dengan warna sama. Di belahan kehidupan yang di sana. Selalu diawali dan diakhiri dengan hal yang sama. Tapi sekarang ia disebutnya dengan senja.

Tak banyak yang memperhatikan. Tidak banyak yang merasa nyaman dengan keadaan ini. segelintir saja. Hanya orang-orang yang sepi, sendiri dan suka melamun. Enggak juga, senja adalah milik mereka yang suka keindahan. Seniman melukisnya di atas kanvas, fotografer mengabadikan dari bidikan lensanya, penyair dalam puisinya, penulis dalam kata-katanya.

Nikmati saja. Jangan diungkapkan jika tidak bisa. Karena senja untuk dinikmati. Menitinya dalam hitungan waktu yang berdenyut per detik. Maka begitu bersahajanya hidup dalam senja. Apa yang ingin dilakukan senja. Tidak ada. Hentikan semua kerjaan itu. Rehat dan jeda dari rutinitas yang menjemukan adalah titik berangkat menikmati senja.

Dalam hati ada decak kagum memandangi sinarnya. Ketika memulai hari sinarnya begitu hangat, tapi setelah itu sinarnya makin panas. Tapi ketika perjalanannya melintasi waktu yang panjang, sinarnya berubah. Tidak segar lagi tapi memiliki keindahan yang teramat dalam untuk dirasakan. Adakah ilmu alam yang bisa menjelaskan semua ini? Apakah karena bumi ini bulat? Jika itu jawabannya kenapa terjadi perbedaan suasana?

Tidak ada komentar: