27 November 2008

Sang Pencari; Sebuah Catatan Harian 3


Kalibata/2/1/08

Hidup terasa makin sulit. Seperti langkah tua negri ini. Diperparah lagi dengan bencana yang seakan-akan memberatkan langkah negeri ini menatap masa depan yang cerah. Tengok saja, Januari menjadu bulan bencana. Alam seakan enggan berbagi kasih dengan negeri ini. Negeri yang berkeinginan maju. Alam menjadi tidak bersahabat lagi; banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin puting beliung dan sederet bencana lainnya tidak pernah berhenti menghantui negeri ini.

Tentu saja di tengah ketidakpastian tersebut harus ada rasa optimisme. Biarpun badai menerjang dan meluluhlantahkan ‘kapal’ negeri ini, etos perubahan tidak boleh mati. Perubahan merupakan sunnatullah. Dan itu yang harus terpatri kuat dalam hati kita.

Karena itu, memulai perubahan harus dari Aku. Aku dalam arti diri yang menyadari keberadaanya, tahu posisi dan fungsinya. Aku ‘ada’ maka hidup ini akan terus berlanjut. Seperti kata Chairul Anwar, Aku ingin hidup seribu tahun lagi. Goresan kata yang menyiratkan optimisme tiada henti. Karena itu, apapun yang terjadi di awal tahun ini, itu menjadi awal langkah yang akan menentukan di masa yang akan datang. Maka langkah kaki ini harus pasti menapaki jalan perubahan meskipun onak dan duri bertebaran di jalan ini.

Begitulah semestinya kita ada di dunia. Memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki. Bergerak menjadi kunci setiap perubahan. Jika ada yang menolak perubahan berarti ia menghadapi kematian. Dan Aku tidak ingin. Aku ingin terus bergerak untuk mencapai titik terdalam dari kesadaran diriku ini. Mencari hakikat dari yang ada saat ini. Mungkin terlalu filosofis bagi yang membaca.
25/1/08

Sehari bersama Bu Mien Dahlan. Ia bercerita banyak kehidupan almarhum suaminya. Mengesankan. Seorang yang tidak pernah berhenti berjuang. Berjuanag untuk anak-anak bangsa ini. Begitulah, Pa Dahlan begitu sangat cintanya kepada HMI.

Dua hari ini saya sendiri di PJI. Eno pulang, ortunya kecelakaan. Tak ada siapa-siapa. Hanya semilir angin yang masuk dari celah-celah kaca.

26/1/08

Selalu sendiri. Termangu depan komputer. Ucu Agustin, nama yang mulai terbang ke angkasa dengan fantasi imajinernya. Cerpennya selalu absurd tetapi berjejak makna yang dalam. Cermin dan pengembaraan adalah proses menemukan diri yang sebenarnya. Kita selalu menghadapi cermin, tetapi pernahkah kita bertanya, apa benar aku yang ada dalam cermin? Apakah itu memang aku? Maka kembara adalah jalan untuk menemukan itu. Upaya pencarian itu, bagi setiap orang pasti tidak akan sama.

ah bosan juga di rumah ini. Sendiri tanpa siapa-siapa. Membaca Isaiah Berlin cukup rumit. Malah aku terkantuk-kantuk. Tapi membaca Dahlan Ranuwihardjo begitu menggugah. Nasionalismenya tinggi. Viva Yoga menyebutnya sebagai muslim nasionalis.

28/1/08

Hari ini waktu seakan berhenti. Tertunduk hikmad mengantar kepergian Soeharto. Aku melototi televisi. Di jalanan orang berjejal melambaikan tangan. Lalu terdengar tembakan salvo dari Astana Giribangun tanda tubuhnya akan dimasukkan ke liang lahat. Tetapi di pojok-pojok kehidmatan ada yang bergumam, sayang Pak Harta meninggalkan banyak luka dan derita.

Nonton the cinderella man begitu menggugah. Ia lakukan pekerjaan itu bukan untuk sekedar materi dan popularitas. Tetapi cinta pada anak dan istri serta semua masyarakat. Benar kata Paulo Coelho, ketika kamu mengantungkan impianmu lalu kamu berlalri dan terbang mengejarnya, maka semua orang akan mendoakanmu. Tentu, cita-cita itu atas nama cinta.

2/2/08

Ya, PJI, Ismed Hasan Putro, Fikar W Eda, Arief Ardiasyah, Tatang B Tamam, Widayat, Hatim, Muchlison, Firda dan Susan adalah entitas yang kini menemani obsesiku. Entah di mana aku harus meletakkan aktor tersebut dalam proses kreatifku. Mereka punya karakter masing-masing yang unik. Cukup aku buat catatan dulu sebelum aku tulis sebuah garis besar cerita ini.

7/2/08

Gong xi fa chai! Hari ini imlek. Di mana-mana warna menyala merah terang. Imlek, tahun baru dalam kalender Cina. Imleh dirayakan melampaui kepercayaan tetapi telah menjadi budaya yang terus hidup di masyarakat Cina. Seluruh agama merayakan imlek ini. Kita berharap bahwa semuanya menjadi lebih baik di masa mendatang.

Tetapi katanya, ada ironi dalam imlek saat ini. Imlek yang dimaknai sebagai rasa berbagi dengan yang lain, malah dihamburkan dalam bentuk hura-hura. Benarkah!

Rabu kemarin ikut diskusi buku terbitan Mizan. Ketemu Mas Baiquni, salah satu redaktur kreatif di Mizan. Entah, tetapi ada pembicaraan lebih spesifik untuk melanjutkan pertemuan Bandung 2 tahun lalu. Mungkin menjadi berkah imlek ha ha ha...

Ke depan, makin menyiratkan ketidakpastian. Ya, aku harus sudah bisa mencitrakan diriku ini siapa.

13/2/2008

Hidup pun mengalir apa adanya. Entah dan saya selalu katakan entah.

20/5/08

Hari kebangkitan nasional. Itulah hari yang kita peringati hari ini. Bangkit untuk apa? Selama ini disadari ternyata kita masih dalam keterpurukan. Padahal 100 tahun sudah kebangkitan jilid pertama itu disuarakan oleh budi utomo.

Namun kondisi kita saat ini aku kira dilematis. Kebangkitan diserteai dengan ketepurukan. Kebangkitan kental dengan kesan formalistik. Lihat saja, pemimpin kita lebih senang menggelar pesta di Senayan, kirap dan parade. Tapi lihat juga, rakyat mulai menjerit karena harga kebutuhan pokok makin tak terbeli. Lihat saja, bangsa ini menjadi bangsa anomali, tak jelas, dan makin kehilangan visinya.

Memaknai kebangkitan bagiku adalah bagaimana tenaga dan pikiran kita tercurah untuk membangun bangsa ini. Itu bisa dimulai dari hal terkecil. Hidup dengan cara sederhana dalam keluarga. Apa adanya. Kemudian diikuti dengan membantu sesama. Dalam hal ini, kita harus sudah mulai bahu membahu keluar bersama-sama dari keterpurukan ekonomi saat ini. Buang frustasi, kecil hati dengan kondisi, dan kita harus mulai bagkit bersama-sama. Jangan dengarkan hiruk-pikuk omongan elite yang lebih banyak bicara.

23/5/08

BBM naik 30 persen. Barang-barang merangkak naik. Itu pun sudah terasa sebulan ini. Kesulitan ekonomi paling terasan oleh masyarakat kelas bawah. Kelas menengah pun saat ini rentan menjadi miskin. Inflasi bisa mencapai 12 persen. Dan ini diluar perkiraan BI. Jadi apa yang mesti dilakukan masyarakat kini.

UUD mengamanatkan Negara untuk melindungi warga negaranya. Tetapi kini, yang dirasakan, malah Negara yang menginjak-injak rakyat dengan melakukan pembiaran terhadap bentuk penjajahan baru dalam hal ekosob. Dengan itu bisa dikatakan, Negara gagal menjalankan amanat konstitusi. Negara dalam hal ini pemerintah SBY-JK dimaklumi jika dimakzulkan. Seperti yang diusulkan PKB.

Sebenarnya aku ingin banyak menulis. Tetapi itu lalu menjadi hilang begitu. Kering ide dan kata-kata menjadi langka untuk dituliskan. Kata tidak magis lagi. Kehilangan ruhnya yang bisa menggetarkan hati yang membaca. Aku teringan buku Ketika Cinta Bertasbis, aku tergetar dan menangis. Entah, aku kadang mudah terhanyut dengan bacaanku. Pernah membaca Laskar Pelangi. Aku pun dibuat melelehkan air mata.


24/5/08

Sepertinya aku harus mulai meninggalkan cara berpikir generalis beralih ke spesialis. Makin spesialis, semakin banyak yang tidak aku ketahui. Dan perlu diketahui, ini pikiranku bahwa di balik semua ilmu pengetahuan atau soal kehidupan ini sejatinya memiliki keterkaitan. Atau mengutip Capra ada hidden connection. Maka dengan semakin spesialis dalam satu ilmu pengetahuan, maka makin tahu apa yang hakikat dan makna kehidupan ini.

Perbincangan dengan Redpel Buletin Majemuk, Anam B menyiratkan elemen-elemen pengetahuan yang berjalin kelindan dan saling merekatkan. Pada titik tertentu ada kebersenyawaan ide yang bisa disemai. Aku kira itulah yang menyebabkan perbincanganku dengannya makin intens hingga memasuki hal yang pribadi dan primitive. Apalagi kalau bukan perempuan yang bakal didaulat menjadi teman hidupnya. Dalam memilih sesuatu membutuhkan pertimbangan-pertimbangan…haha aku selalu menjadi penimbang yang dipercaya.

malam tadi, harga BBM resmi naik. Premium yang sebelumnya 4500 kini menjadi 6000. ya, aku memang harus merogoh kantong untuk mengongkosi aktifitasku. Aku harus mulai belajar menimbang apapun untuk membiayai hidupku. Yang paling aku prihatinkan adalah mereka yang benar-benar didera ketidakbercukupan. Saudaraku di kampong minggu lalu sudah mengeluh, katanya harga kebutuhan sudah naik semua. Kejahatan merajarela. Padahal bulan depan sudah memasuki masa tanam tembakau, hal yang memang dituggu-tunggu oleh petani tembakau di Madura. Apa daya, kini hampir semua tidak terbeli.

Pemerintah menyiapkan jaring pengaman social yang dibagi dalam tiga kelompok. Untuk jangka pendek adalah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) plus bantuan beras dan lainnya. Jangka menengah, program padat karya juga telah disiapkan hingga penyaluran kredut usaha rakyat. Aku harap itu semua tidak ada kendala. Sebab, untuk BLT misalnya, data penerima masih menggunakan data lama, padahal data itu sudah menimbulkan masalah. Dan di lapangan, rakyat yang tergolong miskin banyak yang menerima BLT itu.
Jumat Pagi 7 Nopember 2008

Memulai dan melaksanakan rencana adalah sesuatu yang sulit. Banyak hambatan yang menghalanginya. Tidak saja muncul dari luar lingkungan kita, malah hambatan itu muncul dari dalam diri sendiri. Dan inilah ‘jihad’ terberat.

Ada sebuah pepatah Arab menyatakan bahwa permulaan yang baik berarti separuh perjalanan telah dilampaui. Dalam pepatah ini kita diminta untuk menyiapkan segala rancana dengan matang. Tidak sekedar semangat di awal, tetapi yang lebih penting kontinuitas dari rencana yang telah dimulai. Baru setelah itu menjaga konsistensi dengan rencana dari cita-cita kita. Tetapi sekali lagi selalu muncul kendala dan hambatan. Perjuangan itulah terus menerus harus dilakukan.

Apa yang tidak dimimpikan dan diinginkan oleh semua orang. Mereka ingin kaya, ingin punya jabatan, ingin keluarga yang bahagia dll. Tetapi tidak semuanya bisa mencapainya. Selain faktor proporsi yang telah ditentukan, hal lain karena mereka tidak melakukan apa yang menjadi mimpi-mimpinya. Bisa dikatakan bahwa mereka tidak bisa mendefenisikan apa yang menjadi cita-cita mereka.

Bagaimana kita mendefenisikan cita-cita itu? Gambaran singkatnya, kita harus punya tahapan-tahapan rencana itu dan mencoba konsisten dengan pilihannya. Mendefenisikan sekaligus mampu membayangkannya dalam setiap langkah keseharian. Sleep with your dream kata seorang motivator.

Bagaimana agar semua tidak bulshit. Caranya lakukan rencana Anda, jangan banyak rencana. Jika punya satu rencana maka lakukan rencana itu lalu konsisten. Itulah titik terlemah yang aku miliki sekarang ini. Tapi sungguh aku termasuk orang yang merugi. Aku tahu tapi aku abai dengan ketahuanku itu. Dengan bercerita dalam tulisan ini sebenarnya aku tahu di mana dan seperti apa posisiku saat ini. Dan aku pun tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi ternyata aku lebih asyik dengan buaian dari mimpi-mimpi. Maka terlaknatlah.

Sudah berapa tahun sadari itu, hingga saat ini belum ada perubahan yang revolusioner. Kadang aku malu pada alam ini. Terlalu banyak kata dan janji kuumbar. Namun kenyataannya tidak ada yang terealisasi. Aku selalu menunggu keajaiban yang datang dari Tuhan. Katanya dengan banyak beribadah maka Tuhan akan memudahkan semua urusan kita. Di satu sisi itu aku harus yakini, namun di sisi lain aku tidak sepenuhnya yakin. Jelas-jelas Tuhan lebih mencintai hambanya yang berusaha jalani hidup ini ketimbang hanya beribadah saja. Banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan untuk mengembangakan etos kerja. Dan hanya orang-orang bodoh saja yang tidak memahaminya.

Ketika di pesantren, seorang ustad dengan menyitir sebuah hadist, meskipun tidak soheh, namun memiliki nilai semangat dan etos kerja yang tinggi. Harrik yadaka ta’kul, yakinlah bahwa ketika kamu berusaha Tuhan akan memberimu jalan untuk mendapatkan rizqi. Dalam hal ini bagaimana Agama mengajarkan kepada kita untuk tidak berpangku tangan dengan keadaan ekonomi sekarang ini. Berusaha dan bekerjalah apapun itu.

Oke, sampai di sini dulu. Aku hanya mencoba untuk melakukan apa yang menjadi rencana dan mimpi-mimpiku. Menjadi penulis.

Sore, Saat Senja Datang

Masih aku pikirkan soal Bandung, kemungkinan bertemu dengan sebuah nama Isda Dafitri. Aku katakan ini karena hingga detik ini aku belum pernah ketemu dalam artian fisik. Hari Minggu baru aku rencanakan. Aku hanya ketemu dalam bentuk bayangan karena baru melihatnya di sebuah gambar yang statis. Tapi memang, sejak kali pertama melihatnya ada rasa takut menelusup pelan di hatiku. Bagaimana jika dia memang milikku yang diberikan Tuhan untukku.

Beberapa bulan aku pun larut dalam impian. Benarkan dia akan menjadi milikku. Puasa itu aku dikenalkan oleh waktu. Sebuah nomer telepon ada di tanganku. Lalu aku coba mengirim pesan yang berbalas. Begitu mudahnya. Jarak yang memisahkan terasa begitu dekat. Bandung-Jakarta mungkin sekarang sudah bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam. Tapi aku bicara dalam sebuah labirin waktu yang meringkas semuanya dalam hitungan detik. Sejak itulah, namanya menjadi sebaris doa yang selalu aku lantunkan. Tapi tahukah kamu, bahwa masih ada keraguan berikut ketakutan jika ini semua hanya oase, hanya bayangan dari sebuah mimpi.

Aku sudah bersiap kecewa. Selalu aku katakan dalam dialog imajinerku bahwa aku akan terima apapun yang akan terjadi nanti.

“Sebenarnya kamu adalah dermaga pertama tempat aku lemparkan jangkar dan berlabuh. Namun, jika dermagamu belum bisa menerima kedatanganku, mungkin, aku segera mengangkat jangkar kembali dan segera melanjutkan perjalananku. Terlalu lelah dan panjang perjalanan ini, aku harus mencari dermaga lain. Doakan bakal ada dermaga yang menerima jangkar cintaku.”

Ai, begitulah dia memanggilku. Panggilan yang baru dari teman-temanku. Ai, sebenarnya adalah akronim dari Ainur dan Isda menjadi AI. Sebuah paduan vocal yang membentuk makna sendiri. Ai dalam bahasa Inggris begitu punya titik sentral dalam perjalanan sejarah filsafat. Aku sebagai pentahbisan eksistensi diri. Inilah aliran eksistensialisme yang digagas Sarte. Yupps...aku tidak ingin terjebak dalam imajinasi yang kosong. Biarkan waktu akan menjawabnya.

Apa sih yang menjadi ketakutanku? Soal sejarah karena selama ini aku belum terbukti bisa menaklukkan cewek. Bukan tidak bisa, aku tidak berani dan selalu mundur sebelum berperang. Aku tidak punya jiwa kompetisi dalam memperebutkan cinta. Hubungan dengan Isda punya sedikit kendala. Satu jarak, kedua pengalaman traumatis yang aku harus hati-hati, dan ketiga keluarga yang punya pengaruh kuat. Pasalnya dia adalah anak terakhir yang dalam kultur kita masih diayomi betul. Apalagi dia perempuan yang dalam tradisi Maduran dan mungkin Jawa akan menjadi penjaga kedua orang tua.

Oke, itu semua hanya ketakutan-ketakutan betapa aku ingin menerjangnya. Bahwa aku bisa meyakinkan alam ini bahwa aku bisa memilikinya. Aku ingin katakana bahwa pilihanku tidak salah. Karena itu jika Isda bisa menerimaku berikut keluarganya, maka pantas kiranya aku menancapkan sebuah janji bahwa visiku akan berubah. Isda adalah visiku dan masa depanku, maka seluruh energy akan habiskan untuk mengejar visiku itu. Tentu saja, Tuhan adalah kunci segala kunci ini. Visiku adalah visi kebahagian dan kedamaian (as-salam) di dunia dan di akhirat yang juga menjadi visi Tuhan dengan penciptaan alam raya ini.

Sepotong Cinta dari Payukumbuh

Ini adalah cerita cinta temanku, kakak angkatku dengan temanku di HMI. Tidak usah aku sebut namanya. Inisialnya Y. Perempuan Payukumbuh, Padang. Sementara yang cowok inisialnya E. Yang E sedang mencari calon pendamping, begitu juga Y. Akhirnya mereka dipertemukan dalam sebuah alat teknologi yang bernama HP. Hanya selembar foto yang mereka tahu. Tapi akhirnya mereka pun bertemu. E ke Padang bertemu Y.

8 Nopember 2008

Gagal bertemu dengan Isda bukan berarti tidak punya kesempatan lagi bukan. Ya kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Aku memahami saja dan telah aku rasakan ketika dia tiba-tiba katakan sedang sakit. Di sanalah terlihat jika dia tidak ingin bertemu denganku. Puncaknya adalah tadi siang, ketika sebaris SMS tiba-tiba memintaku untuk tidak ke Bandung. Kenapa? Katanya belum tepat waktunya. Ah, biarlah, mungkin memang belum tepat. Kapan? Aku kira itu akan datang, entah kapan.

Tapi Sabtu ini memang aneh. Arif tiba-tiba tidak pernah menjawab sms-ku. Seberapa sibuk dia di MP, tapi aku hanya berpikir mungkin dia sibuk sekali sehingga tidak sempat menjawab sms. Atau mungkin dia memang tidak punya pulsa. Dan mungkin, aku adalah elemen yang tidak penting. Tidak masalah. Apalagi kemudian aku menerima sms dari Nuzul soal MP di Bandung. Bagiku itu pertanda bahwa ada insiden tidak mengenakkan. MP, seperti menyimpan dinamit yang sewaktu-waktu bisa meledak.

MP dalam perjalanannya menjadi rumit. Aku mengira memang akan seperti ini jadinya. Ruwet. Banyak konflik timbul dari hal-hal sepele. Terutama bagaimana seorang Ismed seenaknya sebagai pemilik majalah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang aku piker kurang tepat.

Dini Hari, Senin 10 Nopember 2008

Aku berkeyakinan bahwa jalan sukses ada di depan mata. Namun apakah cukup modal keyakinan itu. Ternyata tidak. Yakin saja belum memadai untuk mengantarkanku mencapai apa yang menjadi keinginanku saat ini. Aku masih harus tekun belajar, menambah wawasan pengetahuan, banyak menelorkan ide-ide dan memperluas jaringan. Aku sadari itu elemen penting menapaki tangga sukses ini. Aku telah berumur 29 tahun. Dengan umur seperti sekarang harusnya aku sudah mencapai pintu sukses babak pertama. Atau setidaknya secara ekonomi sudah matang. Maka memasuki umur 30-an pematangan itu terus ditingkatkan lagi hingga umur 40-an sebagai titik akhir apa yang menjadi pilihan hidupku.

Terkadang aku berpikir bahwa banyak seusiaku telah mencapai sukses. Kompas Minggu menurunkan seorang perempuan pengajar piano yang terbilang telah mapan. Ada juga Anne Ahira, perempuan internet marketer yang juga sukses mendulang duit, dan banyak lagi anak-anak muda yang ajeg, mapan dengan profesinya. Seperti apakah aku?

Maka menapaki masa silamku, jejak rekam perjalananku, tampak bahwa aku bukan orang yang sensasional. Secara akademis tidak terlalu mencolok apalagi secara ekonomi dan status social. Ketika SD aku juara kelas bukan karena otakku encer tetapi karena selalu tekun belajar. Ketika teman-teman main, aku selalu sempatkan untuk membuka pelajaran dan mengulangnya. Begitu juga naik ke MTs. Juara kelas yang aku karena usaha yang keras. Sekali aku mengurangi waktu belajar, maka teman-temanku akan mengejarku. Pindah ke pesantren aku pun harus terus berjuang keras menjadi yang terbaik di antara teman-temanku. Siang malam belajar hanya untuk mengejar kenaikan kelas. Di pesantren aku masih bisa masuk 20 besar dari seratusan santri. Tapi lagi-lagi aku katakan, bahwa bukan anak yang menonjol.

Menonjol bisa saja karena bukan prestasi akademis. Bisa karena nilai-nilai yang lain. Mungkin karena kaya, kreatif, cerdas, dan lainnya. Secara akademis kurang bagus, tapi dia punya prestasi di bidang olahraga misalnya. Tapi aku tidak di keduanya.

Memasuki jenjang perguruan tinggi nasibnya serupa. Prestasi akademik pas-pasan. Prestasi organisasi juga sama. Prestasi yang lain begitu juga. Dan saat ini profesi yang banyak aku geluti tidak sesuai dengan jurusan yang dulu aku pilih. Jurusan sastra arab tapi menggeluti dunia jurnalistik dan penulisan. Bahkan prestatis secara akademis bisa dibilang nol. Tapi di bidang jurnalistik tidak jauh beda, aku tidak punya prestasi yang patut dibanggakan. Lihat saja bagaimana statistic kerja yang aku geluti. Semunya serba tanggung dan tidak matang. Lima bulan di harian Indo Pos. Balik ke kampus ikut ngelola website universitas. Hanya setengah tahun. Lalu ditarik ke website fraksi Golkar hanya lima bulan. Ikut mengelola majalah info societa Depsos hanya tiga bulan. Pindah ke pjinews, portal organisasi jurnalis juga enam bulan karena ditarik menjadi Redpel di Majalah Pelajar. Di MP juga hanya lima bulan. Dan kini aku putuskan berhenti sejenak untuk melihat ke depan sebelum akhirnya aku lanjutkan lagi langkahku ini. Ya, pencapaian apa yang aku inginkan. Di manakah aku meletakkan posisiku dalam dinamika kehidupan berbangsa, beragama dan global. Titik inilah yang kini aku coba petakan. Aku harus di depan dalam dinamika ini. Aku harus berperan besar dan terlibat dalam penentuan perjalanan bangsa dan dunia.

Aku yakini bahwa jalanku adalah jalan ide, kata, dan bahasa. Semua itulah yang melahirkan pengertian dan pemahaman. Dengan pengertian itulah semua orang tergerak mencapai cita-cita, keinginan dan dambaan semua. Yaitu hidup damai dan tentram. Ujung dari semua kegiatan, karir, profesi adalah mencapai ketenangan dalam hidup.

Pagi yang Cerah, 11 Nopember 2008

Kemarin hujan turun dengan deras. Jakarta diperkirakan banjir. Tetapi banjir bukan sebab adanya banjir karena yang kita tahu banjir selalu datang setelah hujan. Tetapi banjir di Jakarta kadang bisa terjadi jika air laut pasang. Jadi tidak ada sebab yang pasti terjadinya banjir.

Hari ini di luar kulihat matahari bersinar cerah, tak tampak awan, dan angin berhembus basah. Mungkin masih ada kabar hujan, tanah longsor dan banjir yang dari beberapa daerah. Aku harus bersyukur pada Tuhan. Aku masih bisa menikmati semua keindahan ini.

Oh ya ingat Freud. Aku membacanya kemarin. Aku tahu, bahwa aku hidup dengan bayang-bayang alam bawah sadar. Kesadaranku ibarat puncak gunung es. Aku rasakan sekali bagaimana aku harus menekan alam bawah sadar yang tidak sesuai dengan kehendak superego karena memang bertentangan dengan norma social. Sudahlah lewatkan Freud itu.

Hampir sebulan aku hanya di rumah. Tidak lagi bekerja seperti bulan-bulan sebelumnya. Aku putuskan berhenti sejenak untuk melihat apa yang telah aku jalani sepanjang ini. Aku harus evaluasi semua pencapainku saat ini. Ada yang keliru dalam langkahku sehingga butuh perbaikan untuk lebih baik ke depan. Menjalani dunia jurnalistik apakah sudah tepat dalam hidupku. Aku hanya yakin dalam dunia tulis menulis. Ah, aku selalu umbar ini. Tapi nihil saja tanpa diikuti dengan komitmen dan konsistensi melakukannya.

Menjaga komitmen dan konsistensi punya tantangan berat. Inilah jihad akbar karena aku menundukkan egoku sendiri. Ego itu adalah semua impuls yang mengenakkan. Menulis seperti sekarang harusnya aku lakukan terus menerus. Bahkan disinilah aku munumpahkan ide dan gagasan. Apakah itu telah aku lakukan? Tidak. Coba hitung berapa banyak waktu yang aku habiskan dengan membaca dan menulis misalnya ketimbang nonton atau mengerjakan hal ini. Benar kata Jimly bahwa banyak waktu yang kita habiskan dengan main-main belaka. Tidak ada kegiatan yang focus. Sudahlah aku tuliskan ini juga sebagai peringatan agar tidak lupa melaksanakannya. Belajarkan kepada proses yang dilakukan orang yang saat ini sukses. Mereka mencapainya dengan kerja keras, korbankan tenaga dan waktu untuk hal-hal yang tidak menyenangkan. Jadikan menulis dan membaca adalah rekreasi di mana kamu menemukan keajaiban dan keindahan yang tiada tara.

Dialogku

“Siapa kamu?”
“Tidak tahu. Karena aku begitu kompleks. Tapi tolong jangan tanyakan tentang aku lagi. Aku tidak akan pernah bisa menjawabnya.”

Sore yang Pucat, 12 Nopember 2008

Tiba-tiba aku pilek, mata berat dan badan terasa panas dingin. Gejala apakah ini. Aku tidak punya tenaga cukup. Kemudian aku tidak bergairah. Apa yang terjadi? Aku pun mulai tercenung sendiri, mencoba bercermin, apakah aku yang kulihat adalah aku sebenarnya? Apakah aku bukan sekedar kontruksi realitas atau aku yang personifikasikan dengan aku sendiri? Pertanyaan spekulatif dan reflektif?

Aku dan Cintaku

Aku katakan aku hentikan langkahku dulu untuk mendapatkan Isda. Kenapa? Alam belum menyertaiku. Dalam beberapa hal itu bisa aku rasakan. Kegagalanku ke Bandung, Eka yang hingga kini belum ketemu Isda untuk ambil coklatnya dan mungkin itu bakal mundur lagi. Itu semua bukan sebab-sebab dengan keputusanku. Kalau boleh aku katakan, aku tidak akan mengorbankan persahabatan ketimbang egoisku soal cinta. Biarlah cinta mengalir apa adanya dalam setiap kehidupanku.

Isda, ketika malam hening aku kadang dengan lirih menyebut namamu. Aku begitu bangga dan yakin menjadikan namamu menggema dalam doaku. Engkau adalah impianku dan visiku. Namun itu dari kacamataku. Belum tentu kamu seperti itu. Mungkin kamu berpikir aku bukan yang terbaik. Mungkin, tapi tidakkah kamu memberika kesempatan untuk membuktikan dulu. Dalam beberapa hal aku kurang, tapi aku tahu aku juga punya kelebihan. Sama seperti aku melihatmu, kamu juga banyak kurangnya, tapi aku tidak lihat itu karena di balik semua itu kamu punya kelebihan.

18 Nopember 2008

Matahari belum menyingsing dari ufuk timur. Aku baru saja bangun. Seperti biasa aku harus berwudhu dan solat Subuh. Kemudian di depan laptopku. Dengan tenang aku pun mengetik beberapi baris kata sekedar membangun imajnasiku agar tidak kering. Agar mimpiku kembali pada satu kenyataan di mana realitas temptku aku berpijak.

Aku mengenang kembali perjalanan yang selama ini terjadi. Bersama teman-teman sekantor, sepermainan dan mungkin teman jauh yang tiba-tiba tak ada lagi kabarnya. Tahukah kamu bahwa cinta adalah hal yang semestinya tidak dielu-elukan. Anggap biasa saja. Sebab sekali tercebur pada yang namanya cinta, maka begitu ia akan membuat kita mati suri dan kehilangan pegangan. Siapapun itu jika sudah mengalami cinta dan memjadikannya sebagai jalannya.

Namun cinta bukan hal yang terlarang, tapi ia harus dimaknai dengan penempatan yang sebenar-benarnya. Dalam hal ini aku masih harus belajar. Belajar detai soal warna hidup.

Di beranda rumah, angin semilir mengusikku. Wajahnya muncul sedemikian rupa. Aku terus merangkai kata. Aku ingin mengabadikan cintaku padanya meskipun dia tidak pernah mencintaiku. Aku bukan sang pencinta yang dikelilingi oleh bidadari bidadari cinta. Aku menari dalam cinta yang hening, dalam jalinan kata dan imaji.

aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Pagi ini, seperti di Jakarta mendung bergelayut tipis. Pasti sore nanti hujan datang lagi. Aku tidak ke kantor hari ini. Aku hanya membuka dunia lewat internet yang tersambung 24 jam di rumahku. Aku duduk sendiri, meniti waktu dalam kesepian. Sambil lalu berharap aka nada kabar dari Isda lagi. Walaupun sepatah kata itu sudah cukup menghapus dahaga kerinduanku padanya.

Lama aku diam. Membiarkan rasa ini menuntunku pada suasana hati yang tenang. Aku ingin teduh dalam tatapannya, dalam suaranya yang bersuara gemericik, dalam derai tawanya ramai. Betapa aku ingin dekat dengan kemanjaannya.

Hari-hari makin terasa asing. Aku isda makin jauh saja. Kadang cinta memang menyakitkan namun mengasikkan. Aku seperti bermain dalam berbagai perjalanan. Duduk sendiri meratapi nasib. Sudahlah, kadang seperti itu aku harus katakan pada diriku sendiri. Jangan berharap sebesar yang kita harapkan. Realistis saja. Biasakan kita marasakan cinta dengan realistis.

Abis Magriban, 24 Nopember 2008

Seharian tidur. Eh gak aku tadi abis renang. Biasa olah raga rutin mingguan yang wajib aku lakuin. Soalnya kalo gak, badan rasanya pegal-pegal gitu. Pokonya kalo udah ngomongi soal keringat, aku paling suka. Mo tahu kebiasaanku untuk keringetan. Hehe, aku selalu ke kamar mandi, ambil sabun, tanganku langsung maju mundur. Kalo udah lima keringetnya mulai keluar. (wah itu olah raga apa coli ya??). tapi kali ini serius. Aku biasa push up sama sit up. Pinginnya badanku kekar kaya Ade Ray. Perutku six pack. Apa lagi, pokoknya kayak gitu deh. Ini yang namanya performance man!!! Makin berotot makin banyak cewek-cewek yang lirik. Ini yang bikin aku semangat. Kini aku lagi cari waktu untuk fitness. Tapi ada temanku bilang gini, man meskipun lo fitness gak bakalan badan lo kayak Ade Rei. Emangnya kenapa, aku balik nanya ke temanku. Lo kan tiap hari coly. Dasar nih teman, tahu aja kalo aku coly tiap hari. Aku pun ngeloyor pergi dari mukanya.

Kembali soal renang tadi, sebenarnya selain biar sehat, aku suka liatin emak-emak yang pake baju seksi. Wuih, keren deh. Apalagi pas di air, dia langsung kelelep karena mereka gak pada bisa berenang. Ya udah, akhirnya aku yang jadi pahlawan. Lalu aku beri pertolongan pertama dengan nafas, eh gak tahunya, matanya terbuka dan bilang, I lop yu bibeh. Kayak lagunya changchuters ya...!

Aku biasa renang di Dharma Tirta. Tempat renag favoritku. Soalnya selain murah, di sini dalem banget. Dalemnya gak bisa diukur karena kakiku gak sampe ke dasar. Aku pernah nyoba, trus ke bawah, tiba aku ingat film kapal berhantu, ada cewek muncul di dasar kolam renang. Dia nyengir. Lalu aku naik ke permukaan air. Tiba di atas, beberapa kulihat ngumpul. Syukur, deh kirain kelelep, kata seorang di antara mereka.

Namun dari semua kegiatanku, yang paling seneng aku lakuin sekarang adalah kalo aku jalan-jalan ke mall. Gak hanya ketemu temen-temen, yang lebih keren aku bisa elus-elus sepatu-sepatu yang harganya mahal. Ato sekedar nanya-nanya sama penjaganya yang kebetulan seksi abis. Tapi pernah aku dimarahin, padahal mukanya kayak Salma Hayek. Rambutnya kriting-kriting kaya indomie gitu. Matanya tajam kayak kucing yang liat ikan asing di meja makan. Pas aku samperin, liat dan coba-coba, trus nanya-nanya, mbak hari ini cantik sekali. Tapi dia bales dengan giginya yang putih-putih itu, kamu mo beli ato mo aku gigit? Bener kan dia suka makan daging. Ih serem...!

Beberapa kali aku jalan-jalan ke PIM. Untung bareng teman. Bahkan temanku ini sengaja ngjak aku untuk cari-cari ide. Katanya, orang kreatif HP Nokia, untuk cari ide harus jalan-jalan keliling mal ke banyak Negara. Aku piker enak juga. Tapi emang, ide kreatif gitu ada di Mal. Ah yang bener. Tapi ada benarnya juga temenku ini. Soalnya kalo aku ke mal, pikiranku jadi terbuka. Apalagi bisa liat yang buka-bukaan. Tahu sendiri, di PIM mereka yang ke mal rata-rata bajunya minim. Ya pake tang top lah, rok minilah, seperti yang udah kita tahu, you can see (artinya, ayo liat gue biar lo sakit mata).

Aku sama temenku ke Gramedia. Liat-liat buku. Menimang-nimang kayak bayi, padahal liat bandel harganya. Kalo harganya 10 ribuan aku bakal beli nih buku. Tapi ternyata, dari sekian buku gak ada yang harganya segitu. Dasar pelit sama diri sendiri. Makanya banyak cewek pada gak nempel, pelit sih.

Man, coba liat, kita bisa bikin buku-buku kayak gini. Tinggal taste kita soal gimana tema-tema seperti ini dikemas, katanya dengan serius. Aku manggut-manggut. Padahal aku juga gak perhatiin apa yang dia bilangnya. Soalnya aku lagi focus pada seorang cewek. Biasa cewek kriteriaku. Putih dan gemuk-gemuk sapi. Wah penyakitku kambuh lagi. Tapi emang temanku ini punya banyak ide. Waktu makanpun dia kadang merenggut. Wah serius juga nih temanku. Sudah lah kita harus ketemu tiap minggu untuk munculin ide-ide. Lo aku kasih PR untuk cari ide minggu ini, kata temanku sambil makan nasi. Apa saja, yang penting menarik. Hemm...apa nih. Aku berpikir keras seperti karang di laut. Diam dan merenung. Biar badai dan hujan aku tetap diam sambil nonton bokep. Biar bisa menghayati dan menarik idenya.

Hari itu juga aku nonton film kawin kontrak lagi. Dulu aku nonton bereng cewek-cewek. Sekarang bareng cowok. Kasian deh..! Filmnya asik, kocak, dan sedikit porno. Untung dikomediin. Kalo tidak bisa dicekal sama UU APP. Bagi yang membiarkan pornografi akan dihukum penjara seumur hidup. Ah, yang bener itu UU buat teroris kali. Di dalam aku ketawa. Penonton yang lain juga ketawa. Padahal nih di depanku, rupanya cowok cewek, mereka ngos-ngosan gitu. Loh kan filmya ketawa, tapi malah ngos-ngosan. Mungkin mereka ngehayati betul ini film. Aahh, sang actor ejukalasi dini. Tapi di depanku juga teriak, aahh. Loh, kok sama. Aku jadi gak konsen gini. Aku perhatiin, mereka ngesot-ngesot memperbaiki duduknya. Ini baru porno aksi. Aku akan telpon polisi. Halo pak emergency, disini ada yang mo lahirin. Sori salah sambung. Kampret loh, kata si polisi.

Udah tahu seperti apa orang yang kesurupan? Orang teriak-teriak. Mata melotot. Bahkan marah-marah. Kejadian yang bikin aku kaget dikosan. Waktu itu aku lagi enak-enak di kasur. Lalu aku denger ada yang sura cewek-cewek teriak seperti orang nangis. Aku keluar. Aku tanya sama temanku yang lagi nonton film. Tadi di film ya yang teriak-teriak, pada temanku yang matanya asik. Dia hanya geleng-geleng. Nah apa aku tadi mimpi. Di luar, kebetulan tetangga kosan juga keluar, wanita muda, anak satu namanya royan. Orangnya item manis, aku sebenernya sering liat dia diiam-diam. Waktu jemur pakaian ato nyapu. Wak seksi badanya, kayak Mulan Jamilah hehe. Liat dia, siapa tahu, aku bisa liat keteknya banyak bulunya. Kan aku bisa nawarin jasa, mbak bulu keteknya mo dipotongin gak, aku ada gunting rumput nih. Tapi suaminya man, tatonya di lengannya banyak. Wah aku jadi ngeri, udah deh mending aku minum air kran aja biar segar dan mencret.

Oh ya, dia juga nanyain, ada yang teriak-teriak gak om. Wah, om-om nih. Iya, di mana ya. Aku coba nanya juga. sepertinya orang-orang ada cuek gitu. Gak yang peduli kalo ada yang tadi teriak-teriak seperti orang kesurupan.

Bu, tadi denger teriak-teriak gak? Dia nanya pemilik warung depan kosan. Iya, sepertinya dari belakang. Mungkin di rumah Ibu Nanda. Wah, rumah ibu kos dong. Ibu warung lalu liat ke belakang. Ah gak, mereka lagi beli somay. Nah mana yang betul. Ada yang kesurupan, kata orang laki yang beli di warung. Di belakang sini. Oh jadi orang kesurupan, setan apa jin manusia. Bu Nanda gak usah takut, aku siap jaga bu Nanda, tapi kosan gratis ya...! Sumpret, kecil-kecil udah usilin orangtua...!

Oh ya, ini soal coklat. Ingat coklat ini aku ingat sama Isda, biasa calon gebetan baruku. Tapi aku serius loh ini. Kini aku bakal berjuang sekuat tenaga untuk dapatkan cintanya. Ayo, del Armano, kamu pasti bisa, bisa dan bisa. Isda, kecil lah kayak upil di hidungku. Masak sih orang seperti kamu gak bisa dapatin Isda, kalo gak bisa ke laut aja. Kamu kan udah ada coklat tuh, coklat cinta lah. Cincay man, tenang, datengin dia ke bandung, bawain bunga kamboja, bilang ke dia, saying kupersembahkan bunga ini, aku rela mati untuk mencintai. Jangan lupa siapkan pisau kecil, trus bilang lagi, kalo tidak percaya, lihatlah aku tusuk ulu hatiku. Tapi inget, seperti di film-film, di balik baju kamu kasih obat merah. Pasti dia bakalan nangis-nangis dan bilang, gak lucu tahu. Aku memang pingin kamu cepat mati biar aku tenang sama pacarku sekarang. Tahu gak kamu, sebenarnya aku udah kirim surat sama malaikat biar kamu cepet mati aja. Hah...! cintaku, sayangku, sumpeh loh, aku boong lagi...huk huk huk.

24 Nopember 2008, Kontrakan Gubrak...

Gimana rasanya lagi nungguin orang, apalagi pingin ketemu sama cewek. Biasa mak comblang sedang beraksi. Siapa tahu kali ini jodoh. Karena kalo udah soal beginian, aku banyak gagalnya. Bukan gagal sih, tapi gak mujur aja. Dan lagi cewek-ceweknya gak masuk daftar kriteriaku selama ini. Kayak apa ceweknya entar. Udahlah mending kita ngobrolin yang lain saja. Gimana soal teman mayaku juga, sekarang di Batam. Dia punya cerita seru dan heboh. Terlambat tiga detik, keperawanannya dilempar ke laut lepas dinikamti ikan lumba-lumba. Untung ingat Tuhan dan ortu, katanya.
Nah kalo liat tipi, ngebosenin. Beritanya soal kawin cerai. Apa gak acara lain ya. Kreatip dikitlah. Acara tipi kita udah gak karuan aja.

Wah beneran, temenku ngajak temennya yang bernama Rina main ke kosan. Abis ini pasti deh dia akan telepon. ‘gimana ke, cakep gak? Apa akan dilanjutin ato gimana? Hemm...malem ini aku berpikir keras, solat istiharoh, doa minta dikasih mercy sama Tuhan. Nah loh, iya mercy di dalemnya ada permaisurinya gitu.

Aku berpikir, gimana nih dengan Isda. Secara apapun Isda lebih oke. Tapi itu hanya sepintas juga. Isda pun belum ketemu. Gimana aku harus kasih penilaian. Sama Rina, aku masih harus bertapa biar dapet wangsit dari raja jin. Tapi yang jelas aku belum ngerasa flying in the sky. Kulitnya putih seputih iklan di tipi. Senyumnya, dibandingin Isda kalah deket apalagi diaduin sambil minum kopi. Pasti termehek-mehek. Lebihnya dia jebolan pesantren, dipastiin perawan tingting, apalagi suruh baca kitab gundul dia nafsu banget deh. Soalnya sekarang kuliah di tafsir hadis. Nanti aku panggil dia untuk nafsirin kudisku yang mulai tumbuh di mana-mana. Sekalian liatin apa akan ada kudis baru di tahun 2009 nanti. Dan ini yang jelek, kalo dia gak senyum keliatan sedihnya. Tapi kalo senyum, nah itu bisa mematikan seperti ular berbisa.

Wah bakalan berat nih. Cewek satu ini tinggal klik aja sudah bisa langsung di tangan. Tapi kalo Isda akan banyak tantangannya. Tinggal pilih saja, mana aku jalani. Tapi nanti temanku akan bilang, ‘cari cewek itu jangan milih-milih, tar beneren gak dapet jodoh’ bilangnya di telepon saat aku bilang gak srek. Ya biarin dong, kan aku yang jalanin nanti. Aku yang adonin dia jadi kue pa, mo donat, bakpao yang terserah aku. Kalo aku gak cocok gak usah dipaksa gitu dong.

Baiklah, kita tunggu saja tanggal mainnya. Apa aku pilih Isda, Rina atao bakal ada nominasi lain. Katanya kalo emang jodoh gak bakalan kemana, biarpun dikejar kemana saja kalo belum juga gak bakal dapet-dapet. Tapi kalo emang dasarnya jodoh, mungkin malah tetangga sebelah jadi jodohku, ayo biarkan saja menari dan teruslah menarih. Loh itu kan lagunya laskar pelangi.

Hari yang Indah, 26 Nopember 2008

Hari yang indah. Itulah yang gue rasakan. Rinai hujan yang turun sejak siang tak henti-hentinya. Gue main ke MP. Ketemu semua temen gue. Melepas kekangenan, karena cukup lama gue sama mereka. Ngebangun MP. Katanya sih sekarang MP udah beda. Pertama, ritme terbit MP menurun. Sekarang lebih banyak even. Tapi gue gak percaya MP berubah. Tetap saja MP seperti dulu malah tampak seperti makin tua. Ismed, Mala, Jimy, Iman, Enden, Petty, Shuny, Danti, Rahmah, Ranti dan Arif tampak lelah dan menua. Selalu ada yang dateng dan pergi. Tapi itulah ritme.

Abis itu gue ke PJI. Karena di sana kebetulan Bang Fikar. Penyair Aceh ini. Lagian juga bakal ada rapat persiapan workshop BUMN di Bidakara. Tapi rapat di PJI adalah rapat yang bosenin. Oke deh gue capek. Gue gak mud tik catatan ini. Gue emang sedikit ragu dari langkah yang gue lakuin selama ini. Maaf gue tutup tulisan ini.

Tidak ada komentar: